Kadang saya merasa seperti suara yang tidak pernah benar-benar didengar. Bukan karena tak ada yang mau mendengarkan, tapi karena saya sendiri terlalu sering menyimpan semuanya di dalam kepala. Rasanya percuma berbicara, jika pada akhirnya hanya terdiam lagi menjadi gema yang hilang di dalam ruang yang sunyi.

Hari-hari terus berjalan, dan saya pun ikut bergerak, walau hati tertinggal entah di mana. Senyum-senyum kecil tetap saya pasang, bukan untuk menyembunyikan luka, tapi karena saya sudah terbiasa begitu. Mungkin karena terlalu sering mengandalkan diri sendiri, saya jadi lupa caranya meminta dipeluk, atau bahkan sekadar ditanya, “Kamu baik-baik saja?”

Tapi di balik semua itu, saya tahu… saya masih ada. Masih bernapas, masih merasa, meski tidak seutuh dulu. Kesendirian ini bukan kutukan, mungkin hanya fase. Dan saya tahu, pada waktunya, akan ada hari di mana saya tidak perlu lagi menyembunyikan diri dari dunia hari di mana suara saya akhirnya didengar, bahkan oleh diri saya sendiri.


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *