Dalam setiap perjalanan hidup, ada masa ketika kita kehilangan seseorang yang berarti. Pada saat seperti itu, dunia seakan berhenti bergerak. Suara menjadi pelan, langkah terasa berat, dan hati menanggung beban yang sulit dijelaskan dengan kata-kata.
Berduka bukan hanya tentang menangisi kepergian; itu adalah cara hati kita belajar melepaskan sesuatu yang pernah begitu dekat. Kesedihan datang dalam gelombang kadang tenang, kadang menghantam. Tidak ada cara “benar” untuk merasakan kehilangan. Ada yang diam, ada yang menangis, ada yang berusaha kuat meski di dalamnya rapuh. Semua itu wajar. Semua itu manusiawi.
Kita berduka karena kita pernah mencintai. Kita merasakan sakit karena seseorang pernah mengisi ruang dalam hidup kita. Dan meski ia telah pergi, kenangannya tidak hilang. Ia tetap hidup dalam cerita, dalam tawa yang pernah dibagi, dalam doa yang diam-diam kita kirimkan.
Jika saat ini kamu berada dalam masa duka, ingatlah: tidak apa-apa untuk merasa hancur, tidak apa-apa untuk meminta waktu, tidak apa-apa untuk tidak baik-baik saja. Perlahan, luka itu tidak akan hilang sepenuhnya, tapi ia akan berubah menjadi bagian dari kekuatanmu.
Suatu hari, ketika rasa sakit mulai mereda, kamu akan menyadari bahwa kehadirannya tetap ada bukan lagi dalam bentuk tubuh, tetapi dalam cara kamu mencintai, dalam nilai-nilai yang kamu pegang, dalam cara kamu menghadapi dunia.
Duka adalah bukti bahwa seseorang pernah sangat berarti. Dan cinta yang meninggalkan bekas tidak akan pernah benar-benar pergi.