Ada rindu yang nggak berani diucapkan. Bukan karena nggak kuat, tapi karena udah tahu, nggak akan ada yang berubah. Dia bahagia di tempatnya sekarang, dan kita? Masih di sini, nunggu hal yang nggak pasti.

Setiap malam, nama itu muncul lagi. Bukan untuk diminta kembali, tapi cuma untuk dikenang. Kayak lagu lama yang udah hapal nadanya, tapi masih nyesek tiap kali didengerin. Kita pura-pura nggak apa-apa, padahal hati masih nyimpen harapan kecil yang diam-diam tumbuh. Kita belajar jadi aktor yang jago menyembunyikan rasa senyum di luar, tapi ribut di dalam.

Kita pernah sedekat napas. Ngobrol tanpa alasan, ketawa tanpa sebab. Tapi sekarang, buat tahu kabarnya aja kayak mimpi yang jauh. Timeline-nya rame, statusnya penuh warna, tapi ada jarak tak kasat mata yang bikin kita cuma bisa lihat tanpa bisa sapa.

Dan yang paling aneh adalah… nggak ada yang salah. Nggak ada perpisahan dramatis, nggak ada pertengkaran besar. Kita cuma berhenti saling mencari. Lama-lama diam jadi kebiasaan, dan akhirnya semua jadi kenangan.

Mungkin benar kata orang, nggak semua perasaan harus punya akhir yang indah. Kadang, kita cuma dikasih kesempatan buat merasakan, bukan memilikinya. Dan itu pun harus cukup. Harus rela.

Jadi, kalau malam ini kamu lagi mikirin dia yang nggak lagi mikirin kamu, nggak apa-apa. Nggak salah kok. Karena rindu itu manusiawi, walau nggak selalu bisa disampaikan. Tulis aja dalam diam. Simpan baik-baik. Biar jadi cerita yang cuma kamu dan semesta yang tahu.


2 responses to “Rindu yang Nggak Pernah Sampai”

  1. Vavai Avatar

    Kalau kita stalking, nanti kita resah dan gelisah sendiri.

    Kalau kita fokus dan berprestasi, nanti kemungkinan dia yang akan mencari kita.

    Kira-kira begitu pengalaman dari orang tua, hehehe

    1. afatyo Avatar

      Arigatou boss sarannya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *