Lucu ya, gimana seseorang bisa pergi dari hidup kita, tapi masih tinggal di kepala kita. Udah nggak saling sapa, nggak saling tahu kabar, tapi tiap malam sebelum tidur, bayangannya masih muncul tanpa diundang.

Padahal udah bilang ke diri sendiri: udah cukup, udah selesai. Tapi hati kadang nggak nurut, masih nyari di antara keramaian, masih bandingin senyum orang lain sama senyum dia. Mungkin bukan karena belum move on, tapi karena kenangan nggak punya tombol hapus.

Tapi ya gitu… hidup terus jalan. Dan kita belajar, kalau beberapa hal memang nggak harus dilupakan, cukup diterima. Biar jadi bagian dari cerita—bukan yang harus diulang, tapi cukup dikenang.


One response to “Masih Ada di Kepala, Bukan di Kehidupan”

  1. Vavai Avatar

    Itu artinya masih berharap pada yang sudah lewat bang, hehehe…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *