Bulan Yang Selalu Ada

Ada satu hal yang selalu saya suka dari langit malam: bulan. Nggak peduli seberapa sibuk, seberapa kusut, atau seberapa capek harinya, bulan selalu muncul di atas sana. Kadang dia muncul sendirian, kadang ditemani bintang, kadang juga dia bersembunyi di balik awan. Tapi yang pasti, bulan selalu ada. Kayak ngasih tanda, bahwa apapun yang terjadi, hidup ini tetap berjalan dan kita nggak sendirian.

Mungkin bulan itu sederhana ya, tapi justru di situ keindahannya. Dia nggak ribut, nggak minta diperhatiin, tapi diam-diam nemenin kita yang lagi jalan kaki pulang, yang lagi duduk mikirin hidup, atau yang cuma iseng ngeliat langit dari jendela kamar. Kadang dia bulat sempurna, kadang cuma setengah, kadang juga tipis kayak senyum malu. Tapi dia tetap ada, nggak pernah ninggalin. Sama kayak kita manusia, yang kadang ngerasa diri ini utuh, kadang ngerasa kosong, tapi sebenarnya kita selalu cukup.

Bulan juga ngajarin saya satu hal penting: jadi diri sendiri. Nggak perlu selalu kelihatan sempurna, nggak perlu selalu terang. Ada waktunya kita bersinar, ada waktunya kita ngumpet dulu buat istirahat, dan itu nggak apa-apa. Hidup nggak harus selalu jadi yang paling terang kok. Kadang, cukup dengan hadir dan tetap berjalan aja itu udah luar biasa.

Ada momen juga di mana saya suka duduk lama cuma buat liat bulan. Rasanya tenang, kayak dia lagi ngobrol pelan sama saya, “Tenang aja, semua akan baik-baik aja. Nggak ada yang perlu kamu buru, nggak ada yang perlu kamu takutin. Jalanin aja.” Dan anehnya, meskipun dia nggak jawab apa-apa, saya tetap ngerasa ditemenin.

Mungkin itu ya kenapa saya suka bulan. Karena dia ngasih pelajaran, kalau hadir itu nggak harus heboh, cukup jadi diri sendiri dan tetap ada buat orang-orang yang kita sayang, itu udah lebih dari cukup. Nggak perlu bersaing buat jadi paling terang, yang penting tetap setia dan nggak hilang.


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *