Tentang Secangkir Kopi dan Waktu yang Berjalan Pelan

Ada sesuatu yang aneh dari kopi dia bisa bikin orang berhenti sejenak di tengah waktu yang terus lari.
Entah pagi, siang, atau malam, selalu ada alasan buat duduk sebentar dan menatap asap yang naik dari cangkir. Bukan cuma soal rasanya, tapi tentang jeda kecil yang jarang kita kasih buat diri sendiri.

Saya suka kopi yang pahit. Bukan karena gaya-gayaan, tapi karena pahitnya kopi tuh jujur.
Nggak pura-pura manis, nggak sok lembut tapi tetap bikin tenang kalau dinikmati pelan-pelan.
Mungkin sama kayak hidup, yang kadang harus kita teguk dulu pahitnya, baru bisa ngerti maknanya.

Kadang saya bikin kopi sendiri, kadang beli di warung yang lampunya kuning redup di ujung gang.
Bukan soal tempatnya, tapi suasananya. Di sana, waktu rasanya jalan lebih pelan.
Orang-orang ngobrol santai, ada yang cerita kerjaannya, ada yang cuma diam sambil nonton hujan dari balik kaca plastik. Dan di antara aroma kopi itu, semua yang berat rasanya ikut larut, entah ke mana.

Kopi, bagi saya, bukan cuma minuman tapi momen kecil buat berdamai sama diri sendiri.
Karena di antara hiruk-pikuk hidup, kadang kita cuma butuh satu hal sederhana: duduk, diam, dan menikmati hangatnya kopi yang perlahan mendingin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *